LABVIRAL.COM Tingkat Inflasi tahunan negara Filipina naik menjadi 8 persen pada bulan November lalu, di mana kenaikan tersebut menjadi inflasi tertinggi selama 14 tahun terakhir.
Sedangkan jika melihat hasil laporan data statistik negara tersebut, pada bulanan Oktober lalu mencapai 7,7 persen, lonjakan tersebut diakibatkan oleh naiknya harga makanan dan minuman non alkohol.
Sedangkan jika melihat capaian rata-rata inflasi pada 11 bulan pertama tahun ini mencapai 5,6 persen, lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 2 persen hingga 4 persen.
Baca Juga: Pengertian Afiliator TikTok, Cara Daftar dan Keuntungannya
Melihat situasi tersebut, Bank Sentral Filipina menegaskan akan mengambil berbagai kebijakan moneter yang diperlukan untuk mengurangi tingkat inflasi dalam jangka menengah kedepan.
Sebagai informasi, sebelumnya Bank sentral Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) memproyeksi inflasi tahunan pada Oktober 2022 tembus 7,1 persen hingga 7,9 persen.
Namun sayangnya proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi Filipina pada September, yakni 6,9 persen. Angka ini pun merupakan yang tertinggi sejak empat tahun terakhir.
Proyeksi inflasi Oktober yang lebih tinggi juga didasarkan pada kenaikan tarif transportasi, harga BBM, dan makanan. Selain itu, mata uang peso Filipina pun masih berada pada titik lemah.
"Inflasi diproyeksikan melambat secara bertahap di bulan-bulan berikutnya karena tekanan biaya terhadap inflasi akibat gangguan cuaca dan penyesuaian tarif transportasi," ungkap BSP seperti dikutip dari CNA, Senin (31/10).
Baca Juga: 5 Ide Usaha yang Tak Pernah Sepi Ini Terbukti Bikin Untung Bejibun
Melonjaknya inflasi di Filipina memberikan sinyal kepada bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, inflasi pada Januari-September 2022 rata-rata berada di level 5,1 persen, jauh di luar target 2-4 persen untuk tahun ini.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia menyusul perlambatan tajam di China serta perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.
IMF memangkas perkiraan pertumbuhan Asia menjadi 4 persen untuk tahun ini dan 4,3 persen pada 2023. Masing-masing turun 0,9 persen poin dan 0,8 persen poin dari proyeksi April lalu.