Hal tersebut pun diamini Wamen BUMN yang menyebutkan bahwa saat ini BSI memiliki potensi yang besar untuk menggarap sisi wholesale karena pembiayaan tersebut membukukan nilai mencapai Rp57,18 triliun atau tumbuh 15,80% secara year on year.
Oleh karena itu, pencapaian tersebut menjadikan wholesale sebagai segmen terbesar kedua setelah segmen konsumer. Ini menunjukkan bahwa BSI berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan sektor riil di Indonesia.
Baca Juga: Profil Lengkap Lucky Hakim, Seorang Model yang Mundur sebagai Wakil Bupati Indramayu
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk merealisasikan potensi keuangan syariah secara maksimal dalam mendukung pengembangan sektor riil di Indonesia, BSI harus terus fokus mengembangkan produk perbankan syariah yang inovatif dan kompetitif. Tentunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri, serta tetap sesuai dengan prinsip syariah.
Kementerian BUMN, tegasnya, berkomitmen mendorong pertumbuhan ekonomi syariah nasional dengan memperkuat dan memperluas ekonomi keuangan syariah.
“Optimalisasi seluruh potensi pengembangan bisnis syariah memerlukan inovasi dan transformasi model bisnis dan proses bisnis untuk memberikan daya tarik yang lebih tinggi kepada nasabah dan calon nasabah. BSI diharapkan tumbuh beyond banking, organik, dan beyond Indonesia untuk mengoptimalkan potensi tersebut," ucapnya.
Baca Juga: Beda Nasib, Indonesia vs Vietnam di Piala Asia U-20 2023
Senada dengan Tiko, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa hingga saat ini pembiayaan BSI sebanyak 70% disumbang segmen ritel dan 30% lainnya datang dari wholesale.
Dirinya bahkan menargetkan segmen wholesale bisa naik kontribusinya menjadi 35% ke depannya dengan mengincar sektor kesehatan, telekomunikasi, dan pembiayaan sindikasi.
Oleh karena itu, lanjut Hery, pada akhir 2022 lalu, BSI telah menyalurkan pertumbuhan pembiayaan korporasi sebesar 18,47% year on year (yoy) menjadi Rp46,13 triliun. Sedangkan pembiayaan komersial tumbuh 5,87% yoy menjadi Rp11,04 triliun.