Awal mula dari hari suci Tumpek Landep ini sudah dilakukan sejak turun temurun. Salah satu yang melakukannya adalah Warga Pande yang merupakan pewaris kepercayaa terhadap logam yang dulunya sangat dihormati para raja.
Keberdaaan upacara Tumpek Landep berkaitan erat dengan kisah perjalanan Rsi Markandeya dari Jawa ke Bali. Sosok Rsi Markandeya ini merambas hutan yang kemudian dijadikan lahan pertanian. Keberadaan kisah ini ada di Babad Catur Brahmana uang digubah oleh Manik Mas.
Pada abad ke-9, Rsi Markandeya melakukan semedi di Gunung Raung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso. Ia datang ke Bali bersama ribuan pasukan untuk mengubah hutan menjad lahan pertanian.
Rombongan terserbut akhirnya tiba di Desa Sarwada, Kabupaten Gianyar, Bali. Usaha yang dilakukan oleh ribuan prajurit itu mengalami kegagalan lantaran terserang sebuah wabah.
Akhirnya, Rsi Markandeya pun kembali ke Gunung Raung untuk bersemadi. Rsi Markandeya pun mendapatkan bisikan bahwa sebelum mengubah hutan menjadi lahan pertanian, ia diminta untuk melaksanakan upacara Bhuta Yadnya, yakni dengan menanam lima jenis logam yang disebut sebagai Panca Datu di kaki Gunung Agung.
Baca Juga: Rayakan World Blood Donor Day, Ini 10 Twibbon Ucapan Selamat Hari Donor Darah Sedunia 2023
Baca Juga: Ucapan Selamat Hari Donor Darah Sedunia 2023, Donorkan Darah dan Jadilah Pahlawan Bagi Banyak Orang
Keberadaan upacara itu juga menjadi asal muasal berdirinya Puras Besakih di Bali. Pura ini menjadi salah satu paling besar di Pulau Dewasa itu.
Dengan adanya ritual tersebut, akhirnya para prajurit yang terkena wabah bisa sembuh.
Makna Tumpek Landep
Keberdaan upacara Tumpek Landep pada dewasa ini dikaitkan dengan kendaraan bermotor dan benda-benda yang terbuat dari besi.