LABVIRAL.COM - Sape merupakan salah satu alat musik khas suku dayak, yang dalam keseharian bahasa lokalnya memiliki arti memetik dengan jari. Alat musik sape juga memiliki beberapa sebutan diantaranya, sampe, sampek, atau sape. Alat musik sape memiliki nada yang khas yang ketika dimainkan sangat lembut dan menyentuh hati bagi yang mendengarnya.
Sape merupakan salah satu alat musik perwujudan khas Dayak. Dalam keseharian yang dilakukan oleh masyarakat Dayak alat musik sape menjadi bagian yang sangat penting karena setiap ritual ataupun upacara yang dilakukan sape menjadi salah satu media penyatu. Selain sebagai alat untuk upacara sape juga menjadi sarana hiburan.
Ada berbagai jenis jumlah dawai yang dimiliki alat musik Sape, ada yang antara empat sampai enam. Selain itu, ada pula alat musik Sape yang berdawai dua, jenis ini disebut Sape’ Karaang yang biasa digunakan untuk mengiringi tari-tari yang memiliki gerakan menghentak.
Alat Musik Sape tersebar di wilayah Samarinda, Malinau, Kutai Barat dan Mahakam Ulu ini. Nada yang dihasilkan alat musik ini terbagi menjadi dua nada yakni Tubun Situn dan Sakpa Kok.
Baca Juga: 9 Alat Musik Asli dari Maluku, Banyak yang Unik-unik!
Nada Tubun Situn biasanya memiliki tempo yang lambat dan menghasilkan nada yang khas. Sementara, Sakpa Kok memiliki nada yang lebih cepat dan dinamis. Mengutip buku "Ensiklopedia Alat Musik Tradisional: Kalimantan Tengah hingga Nusa Tenggara Barat" karya R. Toto Sugiarto dkk., kata sampe berasal dari bahasa daerah suku Dayak yang artinya "memetik dengan jari”.
Hal ini sesuai dengan cara memainkan alat musik satu ini. Cara memainkan sampe juga mirip dengan kecapi, yakni dengan memetik dawai atau senar, sehingga menghasilkan alunan nada yang indah. Selain itu, bunyi dawai yang dihasilkan merupakan nada dasar. Memainkan alat musik tradisional ini juga sedikit berbeda dengan gitar. Senar yang digunakan dalam alat musik tradisional ini berjumlah 3-4 senar. Setiap senarnya memiliki satu nada yang berbeda dengan senar lainnya, sehingga perlu menyelaraskan senar dengan nada yang ingin dimainkan. Pada awalnya, alat musik ini hanya menggunakan senar yang terbuat dari serat karbon pohon enau. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini senar berbahan dasar kawat kecil. Instrumen ini juga mempunyai keunikan yang terletak pada bagian ujungnya. Saat memainkannya juga diperlukan ketenangan dan ketelatenan untuk menghasilkan nada yang indah, tanpa cacat nada. Cacat nada sendiri digambarkan dengan kondisi ketika jari-jari pemain Sape tidak sengaja memetik dawai yang tidak diinginkan. Keluwesan serta kelincahan jari-jari juga menjadi faktor penting dalam memainkan instrumen ini.
Seperti ketika pelaksanaan acara pesta rakyat atau gawai yang diadakan oleh suku Dayak, alat musik sape menjadi alat musik yang dimainkan pada acara tersebut. ketika musik sape dimainkan kerap diiringi dengan tarian khas Dayak yang disertai dengan aksesoris khas Dayak seperti burung murai dan manik-manik.
Baca Juga: Lirik Lagu Haegum dari Agust D yang Komposisi Keren Berpadu dengan Alat Musik Korea
Bagi masyarakat Dayak, sape seperti bagian dari kehidupan mereka. Sape memiliki fungsi yang dapat menyatakan perasaan baik itu perasaan gembira, perasaan sedih ataupun untuk perasaan duka yang tidak dapat tergambarkan. Dahulu ketika memainkan alat musik ini juga mengenal yang namanya aturan siang dan malam.
Perlu diingat ya sobar viral, bahwa alat musik sape tidak bisa dimainkan oleh sembarang orang, hanya orang yang dianggap cukup umur yang dapat memainkannya. Peraturan tersebut merupakan peraturan yang serius jika ingin memainkan alat musik yang satu ini, jika melanggar aturan ini maka dipercaya dapat mendatangkan petaka bagi yang melanggarnya.
Selain itu, ada juga alat musik yang juga hampir sama dengan sape. Alat musik ini bernama Sudatang. Tapi alat musik ni hanya boleh dimainkan ketika upacara kematian, selain dari itu tidak boleh. Bedanya alat musik sape dengan alat musik sundatang ini adalah terletak di ujung. Ujung sudatang berbentuk paruh burung enggang, sedangkan sape berbentuk ukiran biasa.
Sebelum dikenal seperti sekarang, dahulu alat musik sape dipergunakan sebagai iringan tarian pada masa kayau. Masa dimana suku Dayak masih mencari kepala manusia.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Haegum' - Agust D yang Berpadu dengan Alat Musik Korea
Kepala-kepala dari hasil mengayau ini di bawah ke rumah panjang atau rumah betang khas suku Dayak lalu diiringi dengan tarian dan alat musik sape. Musik yang dimainkan pun bukan sembarang musik, yang dimainkan adalah musik peperangan yang biasa disebut Nyoman Rai.
Hingga saat ini, kekuatan magis dari sape masih dipercaya dapat menghipnotis bagi yang mendengarnya. Misalnya ketika alat musik ini dimainkan dengan petikan yang lantunkan semua orang akan terdiam serta tertegun ketika mendengarnya.
Lalu akan terdengar doa serta sayup-sayup orang yang menyanyi. Maka tak jarang jika ada yang mendengar alat musik ini akan mengalami kerasukan roh halus atau roh leluhur.
Seiring berkembanganya zaman, sape juga tak luput dari yang namanya modernisasi. Agar kaum muda bisa menikmati sape dan memainkannya maka dari itu sape bisa dikombinasikan dengan alat musik lain seperti gitar ataupun drum. Bukan hanya itu, sape kini mulai diperkenalkan di kalangan kampus agar anak muda tau asal usul sape dan cara memainkannya.