Reff:
Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya
Dengan lengan yang legam dan rambut kemerahan terbakar matahari
Seperti didengar lagi gerit daun pintu bambu
Lenguh sapi perahan, dan anak-anak angsa bermain di halaman
Apa yang dibayangkan tentang Jakarta
Ternyata sangatlah jauh berbeda
Apa yang diimpikan, terpaksa ditanggalkan
Semangatnya yang membara, perlahan padam
Baca Juga: Lirik & Chord Gitar Suci Dalam Debu – Iklim yang Bikin Kita Nostalgia Tahun 90-an
Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalan
Berselimut sarung tua, bekal dari kerabatnya yang masih tersisa
Ingin ditulis sepucuk surat buat istrinya
Bahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramah
Dan dia ingin kembali
Tapi sebagai lelaki, ia pantang menyerah
Meski badai melanda, ia terus melangkah
Ada sepotong doa, tersimpan di saku
Kenangan merah jingga memaksanya bertahan