LABVIRAL.COM - Keputihan biasa terjadi pada perempuan. Keputihan adalah kondisi alamiah berupa keluarnya cairan atau lendir dari vagina.
Kondisi ini kerap dialami oleh wanita ketika menjelang ataupun setelah menstruasi, di masa subur bahkan saat terjadi kehamilan.
Tak perlu khawatir, keputihan saat hamil merupakan hal normal selama cairan yang keluar berwarna bening atau putih dan tidak berbau menyengat.
Ciri keputihan yang wajar
Keputihan (health.com)
Keputihan yang terjadi selama kehamilan normal karena meningkatnya kadar hormon estrogen.
Ciri-ciri cairan keputihan yang masih normal adalah warna bening atau putih susu, bertekstur encer, serta tidak berbau menyengat.
Sedangkan ciri keputihan tidak normal dan perlu diwaspadai ialah:
- Cairannya kental dan berbau busuk
- Muncul rasa panas pada vagina
- Menimbulkan rasa gatal berlebih
- Keluar cairan mirip menstruasi
- Warnanya hijau,kuning, kecoklatan bahkan bercampur darah
- Disertai nyeri panggul
Menurut U.S. Department of Health & Human Services, jika keputihan disertai tanda- tanda di atas bisa jadi menjadi gejala penyakit vaginitis (peradangan pada vagina) segera periksakan ke dokter kandungan tanpa menunda lagi.
Penyebab keputihan saat hamil
Keputihan (Smsna.org)
Cairan keputihan merupakan proses alami pembersihan dan perlindungan di dalam rahim yang sebenarnya baik bagi perempuan. Namun saat hamil ada beberapa penyebab lain keputihan, yaitu:
1. Meningkatnya hormon estrogen selama kehamilan
Peningkatan kadar hormon estrogen dan aliran darah dapat merangsang selaput lendir pada vagina untuk memproduksi cairan lebih banyak. Kondisi ini biasa terjadi pada ibu hamil di awal masa kehamilan serta trimester akhir.
Keputihan yang harus diwaspadai jika jumlahnya meningkat dan juga berbau.
2. Infeksi jamur
Keputihan pada ibu hamil juga bisa disebabkan oleh adanya jamur candida. Jamur ini sebenarnya tumbuh alami dalam vagina, namun saat jumlahnya meningkat bisa menyebabkan infeksi.
Keputihan karena infeksi jamur candida biasanya memiliki ciri berwarna putih menggumpal dengan tekstur kenyal.
Kondisi ini umum terjadi lantaran tubuh ibu hamil cenderung rentang terserang infeksi jamur.
3. Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis menjadi salah satu keputihan selama hamil yang wajib diwaspadai. Kondisi ini terjadi karena adanya infeksi bakteri Streptococcus Grup B di dalam organ intim.
Umumnya, ibu hamil yang mengidap vaginosis bakterialis akan mengalami keputihan dengan gejala lain seperti nyeri dan gatal di area vagina, nyeri saat berkemih dan berhubungan seksual hingga keluarnya cairan keputihan berwarna abu-abu keputihan yang berbau amis.
4. Trikomoniasis
Trikomononiasis masuk dalam penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi parasit. Gejala umum dari trikomoniasis pada wanita adalah keluarnya cairan berwarna kekuningan atau kehijauan yang berbau amis, nyeri saat berhubungan seksual, sensasi gatal di area vagina, dan kemerahan pada vagina.
Pengobatan keputihan
Keputihan (freepik.com)
Mengobati serta menghilangkan keputihan yang sedang dialami oleh ibu hamil ini cenderung beragam.
Sebaiknya memang berkonsultasi dengan dokter kandungan agar mendapat penanganan yang tepat. Dokter perlu memeriksa agar bisa menyesuaikan penyebabnya terlebih dahulu sebelum menentukan tindakan medis untuk mengatasi keputihan saat hamil.
Namun, biasanya pengobatan yang umum dilakukan dokter untuk mengatasi keputihan saat hamil di antaranya:
- Pemberian obat antibiotik untuk mengatasi keputihan yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
- Pemberian antijamur untuk mengatasi keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Selain diberi pengobatan secara medis, ibu hamil juga disarankan untuk melakukan beberapa tips berikut untuk mengatasi keputihan :
- Bersihkan vagina secara rutin dengan cara yang benar, yaitu dari arah vagina menuju anus.
- Mengganti pakaian dalam secara rutin apalagis eteleh beraktifitas yanng mengeluarkan banyak keringat dan terasa lembab.
- Menggunakan pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap keringat, seperti katun.
- Hindari mengenakan xelana dalam yang terlalu ketat.
- Hindari menggunakan pembalut, tisu, dan sabun yang mengandung pewangi untuk membersihkan alat kelamin.
- Gunakann kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah transfer bakteri maupun infeksi.
- Perbanyak beristirahat dan kurangi stres guna menjaga daya tahan tubuh tetap kuat untuk melawan infeksi.***