Mahfud MD tak menjadi aktivis saat kuliah saja. Sebelumnya, saat di bangku sekolah ia juga aktif di Perhimpunan Pelajar Islam (PII). Bekalnya di PII tersebut ia lanjutkan sebagai aktivis HMI. Di mana PII memang terkenal sebagai organisasi yang memberikan kader terbaiknya ke HMI.
Jejak aktivisme Mahfud MD tersebut tak mengagetkan jika di masa tuanya ia jadi politikus. Di mana sebelum menjadi hakim MK, Mahfud MD merupakan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saat di PKB, Mahfud MD pernah melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI.
Profesi akademik
Cita-cita Mahfud MD jadi guru tak sepenuhnya meleset. Meskipun tak jadi guru, Mahfud MD tetap jadi tenaga pendidik sebagai dosen. Setelah lulus sarjana, Mahfud MD menjadi dosen di UGM untuk jurusan Hukum. Saat jadi dosen itu, Mahfud MD juga mengambil studi pasca-sarjananya di UGM.
Bakatnya jadi Guru sejak kecil, membuat Mahfud MD terus semangat menempuh studi. Pada tahun 2000, Mahfud MD dinobatkan sebagai Guru Besar bidang Politik Hukum oleh UII.
Dekat dengan Gus Dur
Mahfud MD terbilang dekat dengan Gus Dur, presiden ke-4 Indonesia.
Mahfud MD diangkat menjadi menteri saat Gus Dur jadi presiden. Pada tahun 2001, Mahfud MD diamanahi Gus Dur untuk jadi Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia. Lalu pada 2001-2002 jadi Menteri Pertahanan.
Menikahi teman kuliah
Mahfud MD menikah dengan teman semasa kuliah di UII. Pernikahan tersebut terjadi pada 1982 dengan Zaizatoen Nihajati. Istri Mahfud MD pernah menjadi seorang guru SMA. Namun profesi tersebut tidak diteruskannya karena harus mendampingi Mahfud MD yang jadi menteri di Jakarta pada tahun 2000.
Pertemuan Mahfud MD dan Zaizatoen Nihajati terjadi saat mereka menjadi aktivis di HMI pada tahun 1978. Bunga-bunga cinta itu tumbuh hingga membawa mereka menikah. Dari pernikahan tersebut, Mahfud MD dikaruniai tiga orang anak.
Demikian yang bisa disampaikan dari profil Mahmud MD. Cukup menarik ya? Kabarnya ia akan jadi salah satu kandidat capres atau cawapres Pemilu 2024 mendatang.