LABVIRAL.COM - Partai Golkar kini masuk dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Gabungan ketiga partai tersebut telah melebihi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.
Perolehan suara sah nasional pada Pemilu 2019, Partai Golkar meraih 12,31 persen, PAN 6,84 persen dan PPP 4,52 persen.
Sedangkan untuk jumlah anggota DPR RI Periode 2019-2024, memiliki 575 orang wakil. Dengan demikian, untuk ikut dalam Pilpres 2024, sebuah koalisi setidaknya harus memiliki 115 kursi.
Baca Juga: Profil PPP, Partai Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 17, Berdiri Setelah Soeharto Bikin Kebijakan Fusi
Sejarah Partai Golkar
Partai Golkar muncul di Indonesia mulanya bukan sebagai partai politik, melainkan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).
Sekber Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan Darat dan menghimpun sejumlah organisasi profesi.
Sekber Golkar didirikan Soeharto dan Suhardiman, sebagai reaksi atas terbitnya Peraturan Presiden Nomor 193 Tahun 1964 yang menginstruksikan seluruh organisasi di dalam Front Nasional bergabung dengan parpol atau membentuk organisasi sendiri.
Baca Juga: Profil PDIP, Peserta Pemilu Nomor Urut 3, Partai Paling Banyak Kursi di Parlemen
Salah satu alasan dibentuknya Sekber Golkar juga untuk mengimbangi pengaruh PKI yang tengah merajalela.
Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono merupakan ketua pertama Sekber Golkar. Kemudian digantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Desember 1965.
Dilansir LABVIRAL.com dari golkartakalar.or.id, jumlah anggota Sekber Golkar bertambah pesat karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar di Front Nasional menyadari perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah untuk memastikan Pancasila dan UUD 1945.
Baca Juga: Profil Nasdem, Peserta Pemilu Nomor Urut 5, Ketua Umum Pertamanya Bukan Surya Paloh
Semula anggotanya bergabung dengan 61 organisasi dan kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi. Setelah peristiwa Gerakan 30 September, Sekber Golkar mulai beralih sebagai elektoral bagi rezim orde baru.
Sekber Golkar kemudian mengalami konflik politik di internal, di mana para perwira militer dan pimpinan sipil yang dekat dengan Soekarno disingkirkan dan digantikan dengan mereka yang dekat dengan Soeharto.
Pada 1969, organisasi-organisasi anggotanya dirampingkan dan Sekber Golkar dipimpin Mayjen Sokowati. Pada 1971, pemerintahan Soeharto melakukan revisi terhadap Undang Undang tentang Pemilu dan Legislatif untuk menjamin kontrolnya pemerintahan.
Baca Juga: Profil PAN, Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 12, Lahir di Penghujung Orde Baru
Perubahan itu membuat Sekber Golkar berhasil memenangkan 62,8 persen suara dan mendapatkan 236 dari 360 kursi pada Pemilu 1971.
Setelah itu, sesuai dengan ketentuan dalam ketetapan MPRS tentang perlunya penataan ulang pada politik Indonesia, maka pada 17 Juli 1971, Sekber Golkar diubah menjadi Golkar.
Golkar pun menggunakan struktur baru yang menunjuk Soeharto dan militer mendominasi dengan memiliki kekuasaan paling besar.
Digenggam Soeharto, Golkar semakin di puncak.
Baca Juga: Profil Partai Buruh, Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 6
Pada 1973, Soeharto membuat kebijakan penyederhanaan atau penggabungan (fusi) partai. Akibatnya, partai-partai Islam masuk ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sementara partai sekuler-nasionalis masuk ke Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Pada 1998, Golkar mengalami guncangan imbas mundurnya Soeharto sebagai Presiden.
Setelah itu, Golkar masih disebut-sebut sebagai warisan Orde Baru yang merupakan sumber krisis multi dimensional rakyat Indonesia. Kala itu, sejumlah aktivis dan mahasiswa menentang keberadaan Golkar.
Baca Juga: Profil Partai Gelora, Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 7, Disebut Pecahan PKS
Pada akhirnya, Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 9-11 Juli 1998 digelar. Kala itu terbentuknya dua kubu, kubu BJ Habibie yang menjagokan Akbar Tandjung sebagai calon ketua umum. Sementara, kubu militer menjagokan Edi Sudrajat.
Akhir 1998, Akbar Tandjung menduduki posisi sebagai Ketua Umum Golkar. Setelah itu, Golkar mendeklarasikan diri sebagai partai politik yang mengusung semangat reformasi.
Sedangkan Edi justru membuat partai baru bernama Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) pada 15 Januari 1999.
Baca Juga: Profil Anies Baswedan: Cucu Pejuang Kemerdekaan hingga Pencetus Indonesia Mengajar
Pemilu 1999 menjadi fakta bahwa Partai Golkar meredup. Kala itu, Partai Golkar menempati posisi kedua dengan perolehan suara 22,5 persen. Jika dibanding dengan Pemilu 1997, perolehan suara Golkar mengalami penurunan hingga 52 persen.
Meski begitu, pada Pemilu 2004 Partai Golkar kembali menunjukan eksistensinya. Mereka muncul sebagai pemenang pemilu untuk pertama kalinya di era reformasi.
Baca Juga: Profil Anies Baswedan: Cucu Pejuang Kemerdekaan hingga Pencetus Indonesia Mengajar
Visi dan Misi Partai Golkar
Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang bersatu, berdaulat, maju, modern, damai, adil, makmur, beriman dan berakhlak mulia, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bermartabat dalam pergaulan dunia.
Misi
1. Menegaskan, mengamankan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa demi memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Mewujudkan cita-cita proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang untuk merealisasikan masyarakat yang demokratis dan berdaulat, sejahtera dan makmur, menegakkan supremasi hukum dan mengjormati hak azasi manusia, serta terwujudnya ketertiban dan perdamaian dunia.
3. Mewujudkan pemerintahan yang efektif dengan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan demokratis.
Ketua Umum Partai Golkar dari Masa ke Masa
1. Brigadir Jenderal TNI Djuhartono (1964–1969)
2. Suprapto Sukowati (1969–1973)
3. Amir Moertono (1973–1983)
4. Sudharmono (1983–1988)
5. Wahono (1988–1993)
6. Harmoko (1993–1998)
7. Akbar Tandjung (1998–2004)
8. Jusuf Kalla (2004–2009)
9. Aburizal Bakrie (2009–2014 & Januari-Mei 2016)
10. Aburizal Bakrie & Agung Laksono (dualisme kepemimpinan) (2014–2016)
11. Setya Novanto (2016–2017)
12. Airlangga Hartarto (2017–2019) (2019–petahana)
Susunan Pengurus Partai Golkar Periode 2019-2024
1. Ketua Umum : AIRLANGGA HARTARTO
2. Wakil Ketua Umum : KAHAR MUZAKKIR
3. Wakil Ketua Umum : AHMAD DOLI KURNIA TANDJUNG
4. Wakil Ketua Umum : AZIS SYAMSUDDIN
5. Wakil Ketua Umum : AGUS GUMIWANG KARTASASMITA
6. Wakil Ketua Umum : HETIFAH SJAIFUDIAN
7. Wakil Ketua Umum : RIZAL MALLARANGENG
8. Wakil Ketua Umum : MELCHIAS MARKUS MEKENG
9. Wakil Ketua Umum : ROEM KONO
10. Wakil Ketua Umum : NURUL ARIFIN
11. Wakil Ketua Umum : NURDIN HALID
12. Wakil Ketua Umum : BAMBANG SOESATYO
13. Ketua : ADIES KADIR
14. Ketua : JERRY SAMBUAGA
15. Ketua : MEUTYA HAFIDZ
16. Ketua : AIRIN RACHMI DAINY
17. Ketua : ACE HASAN SYADZILI
18. Ketua : BOBBY ADHITYA RIZALDI
19. Ketua : MQ ISWARA
20. Ketua : IQBAL WIBISONO
21. Ketua : MUHAMMAD SARMUJI
22. Ketua : BAMBANG HERI
23. Ketua : MUHIDIN M SAID
24. Ketua : I GDE SUMARJAYA LINGGIH
25. Ketua : HAMZAH SANGADJI
26. Ketua : KLEMEN TINAL
27. Ketua : TAHAN SAMUEL LUMBAN TORUAN
28. Ketua : ANDOGO WIRADI
29. Ketua : DAVE AKBARSYAH FIKARNO
30. Ketua : ZULFIKAR ARSE SADIKIN
31. Ketua : ANDI RIO PANDJALANGI
32. Ketua : NUSRON WAHID
33. Ketua : ALEXANDER ERY WIBOWO
34. Ketua : DEDI MULYADI
35. Ketua : ROBERT J KARDINAL
36. Ketua : LAMHOT SINAGA
37. Ketua : MUKHAMAD MISBAKHUN
38. Ketua : ERWIN AKSA
39. Ketua : VENO TETELEPTA
40. Ketua : GATOT SOEDARYONO
41. Ketua : KUSUMA JUDILEKSONO
42. Ketua : RAVINDRA A
43. Ketua : M SABIL RACHMAN
44. Ketua : AGUSTIAN B PRASETYA
45. Ketua : ILHAM PERMANA
46. Ketua : IDRIS LAENA
47. Ketua : BUDI SETYAWAN
48. Ketua : PANGGAH SUSANTO
49. Ketua : FIRMAN SUBAGYO
50. Ketua : KHOLIS MALIK
51. Ketua : YAHYA ZAINI
52. Ketua : MUKHTARUDIN
53. Sekretaris Jenderal : LODEWIJK F PAULUS
54. Wakil Sekretaris Jenderal : MUSTAFA M RADJA
55. Wakil Sekretaris Jenderal : TARDJO RAGIL
56. Wakil Sekretaris Jenderal : DWI PRIYO ATMOJO
57. Wakil Sekretaris Jenderal : TUMPAL SAHALA P SIANIPAR
58. Wakil Sekretaris Jenderal : RIYONO ASNAN
59. Wakil Sekretaris Jenderal : HASRUL BENNY HARAHAP
60. Wakil Sekretaris Jenderal : DONI AKBAR
61. Wakil Sekretaris Jenderal : ANDIKA HAZRUMY
62. Wakil Sekretaris Jenderal : DICO M GANINDUTO
63. Wakil Sekretaris Jenderal : MISBAH SHOIM HARIS
64. Wakil Sekretaris Jenderal : M PAHLEVI PANGERANG 65. Wakil Sekretaris Jenderal : ADRIAN JOPIE PARUNTU
66. Wakil Sekretaris Jenderal : HERMAN HAYONG
67. Wakil Sekretaris Jenderal : EDI LANGKARA
68. Wakil Sekretaris Jenderal : BERNARD SAGRIM
69. Wakil Sekretaris Jenderal : AGUNG WIDYANTORO
70. Wakil Sekretaris Jenderal : CHANDRI PUSPITASARI
71. Wakil Sekretaris Jenderal : CHRISTINA ARIYANI
72. Wakil Sekretaris Jenderal : SAHAT SIMANJUNTAK
73. Wakil Sekretaris Jenderal : HASRUL RAHMAN
74. Wakil Sekretaris Jenderal : SAMSUL HIDAYAT
75. Wakil Sekretaris Jenderal : DEREK LOUPATTY
76. Wakil Sekretaris Jenderal : JAN PIETER PANGARIBUAN
77. Wakil Sekretaris Jenderal : AMIN NGABALIN
78. Wakil Sekretaris Jenderal : SHOLAHUL AM NOTOBUWONO
79. Wakil Sekretaris Jenderal : SEBASTIAN SALANG
80. Wakil Sekretaris Jenderal : ANDI BUDI SULISTYO
81. Wakil Sekretaris Jenderal : FAHD EL FOUZ ARAFIQ
82. Wakil Sekretaris Jenderal : SEKARWATI
83. Wakil Sekretaris Jenderal : LINDSEY AFSARI PUTRI
84. Wakil Sekretaris Jenderal : RUSLI AZIZ
85. Wakil Sekretaris Jenderal : M ALEXANDRA PAHLEVI
86. Wakil Sekretaris Jenderal : EVA WIBISONO
87. Wakil Sekretaris Jenderal : PUTRI ZIZY PUPUT NOVEL
88. Wakil Sekretaris Jenderal : PUTERI ANETTA KOMARUDIN
89. Bendahara Umum : DITO GANINDUTO
90. Wakil Bendahara Umum : AGOES SILABAN
91. Wakil Bendahara Umum : SHINTA WIJAYA KAMDANI
92. Wakil Bendahara Umum : SARI YULIATI
93. Wakil Bendahara Umum : SALIM FAKHRY
94. Wakil Bendahara Umum : J DWI HARTANTO
95. Wakil Bendahara Umum : HERU DEWANTO
96. Wakil Bendahara Umum : BADRUTTAMAM
97. Wakil Bendahara Umum : SYAFAAT PERDANA
98. Wakil Bendahara Umum : KARAN SUKARNO W
99. Wakil Bendahara Umum : HARIARA TAMBUNAN
100. Wakil Bendahara Umum : RAYMOND SYAUTA
101. Wakil Bendahara Umum : HERNA D KUSUMASTUTI
102. Wakil Bendahara Umum : MEDINA WIRANATAKUSUMAH
103. Wakil Bendahara Umum : ADANTY KURNIA
104. Wakil Bendahara Umum : DADAN PAHLAWAN
105. Wakil Bendahara Umum : FIRALDI AKBAR
106. Wakil Bendahara Umum : DIAH RORO ESTY
107. Wakil Bendahara Umum : ELVIS JUNAIDI
DEWAN PEMBINA:
- Ketua Dewan Pembina:
Aburizal Bakrie
- Wakil Ketua: Zaenudin Amali
Ketua Dewan Kehormatan: Akbar Tandjung
Ketua Dewan Penasihat: Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan
Ketua Dewan Pakar: Agung Laksono
Ketua Dewan Etik: Mohamad Hatta
BADAN dan LEMBAGA
Badan Penelitian dan Pengembangan
Ketua: Amir Sambodo
Badan Advokasi Hukum dan HAM
Ketua: Ifdhal Kasim
Badan Pemenangan Pemilu
Ketua: Maman Abdurrahman
Badan Saksi Nasional
Ketua: Syahmud B Ngabalin
Badan Pengembangan Ekonomi Rakyat
Ketua: Haryadi Sukamdani
Badan Penanggulangan Bencana
Ketua: Febri Hendri
Lembaga Komunikasi dan Informasi
Ketua: Ricky Rachmadi
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
Ketua: HM Al Khadziq
Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Inovasi
Ketua: Dito Ariotedjo