Menurut penjelasan para ahli hadis seperti Alm. Ali Mustafa Yaqub, kata-kata mutiara itu termasuk ke dalam kategori hadis yang bermasalah.
Mantan imam besar masjid Istiqlal ini menjelaskan secara rinci para perawinya mulai dari Ibn ‘Ady (w. 356 H) dalam al-Kamil fi al-Dhu’afa al-Rijal, Abu Nu’aim (w. 430 H) dalam Akhbar Ashbihan, al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H) dalam Tarikh Baghdad dan al-Rihlah fi Thalab al-Hadits, Ibn Hibban (w. 254 H) dalam al-Majruhin, dan lain-lain.
Baca Juga: 3 Macam Hakim Berdasarkan Hadis Nabi, Hanya Satu yang Masuk Surga
Akan tetapi sesudah diteliti lebih lanjut, hadis tersebut di atas statusnya palsu (maudhu’) karena beberapa alasan salah satunya muncul nama Abu ‘Atikah Tarif bin Sulaiman yang dikenal sering memalsukan hadis.
Para perawi itu diyakini menerima kata-kata tersebut dari Hasan bin ‘Atiyah, dari Abu ‘Atikah Tarif bin Sulaiman, dan dari Anas bin Malik, dan dari Nabi Saw.
Kendati jadi persoalan, namun kalimat itu tetap dianggap baik dan bisa diambil hikmahnya dalam peringatan Hardiknas 2023.
Baca Juga: 4 Keutamaan Telaga Kautsar Menurut Hadis Nabi Muhammad saw
Demikian penjelasan kalimat Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China yang sering dianggap hadis tetapi ternyata bukan.***