LABVIRAL.COM - Sejarah Indonesia memang kental dengan bulu tangkis, bahkan sejak awal perjuangan kemerdekaan.
Hal itu tercatat lewat kisah Presiden Soekarno yang sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Bengkulu.
Kala itu, Bung Karno diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke luar Jawa. Dalam pengasingan di Bengkulu, Bung Karno mengisi hari-harinya dengan menjadi guru di sekolah.
Sambil mengajar, Bung Karno juga melatih bulu tangkis agar anak Indonesia kala itu sehat jiwa dan raganya. Kelompok bulutangkis binaan Bung Karno diberi nama Monte Carlo.
Baca Juga: 5 Tips Memilih Raket Bulu Tangkis yang Sesuai untuk Kamu yang Masih Pemula
Bahkan pertemuan pertama Bung Karno dengan Ibu Negara Fatmawati berlangsung di lapangan bulu tangkis. Kala itu, Fatmawati turut bergabung di dalam kelompok bulu tangkis Monte Carlo.
Soekarno tidak saja menjadi pelatih, tapi sekaligus teman diskusi Fatmawati. Perlahan-lahan cinta keduanya bersemi di langan bulu tangkis.
"Aku senang terhadap Fatmawati. Ku ajar dia main bulu tangkis. Ia berjalan-jalan denganku sepanjang tepi pantai yang berpasir dan, sementara alunan ombak yang berbuih putih memukul-mukul kaki, kami mempersoalkan kehidupan atau mempersoalkan Ketuhanan dan agama Islam," kata Bung Karno seperti ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965).
Baca Juga: 5 Rekomendasi Raket Bulutangkis, Buat Pukulanmu Semakin Mematikan
Sementara, PBSI adalah induk bulu tangkis di Indonesia. Terbentuk pada 5 Mei 1951 di Bandung, Jawa Barat. PBSI dibentuk dengan tujuan makin mengembangkan olahraga raket dan kok ini di tanah air.
Pertama kali berdiri, PBSI dipimpin oleh A. Rochdi Partaatmadja sebagai ketua umumnya, Ketua I Dick Sudirman, Ketua II: Tri Tjondrokoesoemo, Sekretaris I: Amir, Sekretaris II: E. Soemantri, Bendahara I: Rachim, dan Bendahara II: Liem Soei Liong.
Sejak hadir, PBSI lalu membuka pengurus cabang di tingkat provinsi di seluruh Indonesia secara bertahap.
Asal-usul Bulu Tangkis
Olahraga bulu tangkis pertama kali muncul di India. Sayangnya bulu tangkis tidak terlalu berkembang di India saat awal mula kemunculannya.
Di India, bulu tangkis awal disebut sebagai permainan Poona. Ditemukan di India, bulu tangkis malah berkembang pesat di Inggris. Inggris adalah negara pengembang bulu tangkis di masa awal munculnya olahraga ini.
Diketahui, Inggris menjajah India, dan saat masa penjajahan itu, perwira tentara Inggris membawa bulu tangkis ke kampung halamannya di benua Eropa.
Di Inggris, bulu tangkis mendapat ruang berkembang yang cukup pesat. Di mana permainan ini juga sering dimainkan di wilayah kerajaan yaitu Duke of Beaufort.
Baca Juga: Dick Sudirman, Bapak Bulutangkis Indonesia yang Jasanya Luar Biasa
Sejak berkembang di Inggris, nama olahraga tersebut berubah menjadi Badminton. Lalu pada 1934 terbentuklah International Badminton Federation (IBF) sebagai organisasi pertama yang menaungi bulutangkis. Ketua pertama IBF adalah Sir George Thomas yang berkebangsaan Inggris.
Sementara itu anggota IBF mulanya hanya terdiri dari sekutu kerajaan Inggris saja, yaitu Denmark, Perancis, Irlandia, Belanda, Selandia Baru, dan Wales.
IBF tersebut juga melahirkan kompetisi bulutangkis tertua di dunia, yaitu Piala Thomas Cup. Nama Thomas dalam kompetisi tersebut merujuk pada Sir George Thomas di mana ketua IBF pertama.
Piala Thomas Cup pertama kali dihelat pada 1949 untuk pertandingan beregu putra. Sementara Piala Uber Cup yang sekarang dihelat bersamaan dengan Piala Thomas pertama kali dipertandingkan pada 1957. Nama Uber dalam kompetisi tersebut merujuk pada Madam Betty Uber.
Baca Juga: 6 Legenda Bulutangkis Indonesia Sepanjang Masa, Catatan Prestasinya Mendunia
Kini gudang atlet bulutangkis dunia berada di China dan Indonesia. Dua negara ini mulai melembagakan bulutangkis dalam organisasi hampir bersamaan.
Di China pada 1958 terbentuk Asosiasi Badminton China, kehadiran asosiasi ini untuk menjamu Indonesia yang bertandang ke Negara Tirai Bambu tersebut.
Sedangkan di Indonesia pada 1951 sudah membentuk Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Indonesia pertama kali mengikuti Thomas Cup pada 1958.
Lalu pada 1968, pertama kalinya Indonesia juara Thomas Cup pada nomor tunggal putra dengan pemainnya Rudy Hartono.