Pada saat yang sama dengan resign-nya Pappas, TikTok merekrut ex Disney, Zenia Mucha sebagai Chief Brand and Communications Officer, dihimpun dari TechCrunch, Minggu (25/6/2023).
TikTok sendiri hingga kini masih dalam pengawasan pemerintah Amerika Serikat (AS). Pasalnya, aplikasi itu diduga bisa menjadi alat mata-mata, mengingat kedekatan induk TikTok, ByteDance dengan pemerintah China. Adapun TikTok berkali-kali membantah tuduhan tersebut.
Pada akhir Maret lalu, CEO TikTok, Shou Zi Chew menghadiri sidang dengar pendapat dengan sejumlah anggota parlemen Komisi Energi dan Perdagangan AS di gedung DPR AS.
Saat itu, untuk meyakinkan para anggota parlemen atau kongres, Chew mengatakan bahwa TikTok saat ini tengah menjalankan sebuah rencana besar yang dijuluki "Project Texas".
Sederhananya, rencana bernilai 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 22,7 triliun) ini bakal membuat data pengguna TikTok yang berasal dari AS disimpan di dalam sebuah server yang berlokasi di AS juga.
Sehingga, ketika Project Texas rampung, data pengguna AS ini akan tetap terlindungi dari akses pihak-pihak, karyawan, atau server yang berasal dari luar AS.
Namun, Project Texas, yang konon telah berjalan selama sekitar satu tahun, tampaknya belum bisa meyakinkan anggota parlemen AS. Pasalnya, beberapa dari mereka menyebut bahwa proyek ini belum mampu cukup meyakinkan DPR AS bahwa TikTok tidak memata-matai pengguna AS.
Selain itu, anggota parlemen lain juga menyebut bahwa proyek ini hanyalah gimmick marketing TikTok supaya tidak terlihat buruk di publik, terutama di mata pemerintah AS.
Pemerintah AS juga tampaknya sangat ingin memblokir aplikasi TikTok secara total di negaranya. Pemblokiran sudah dilakukan secara bertahap, mulai dari HP milik atau yang disediakan untuk staff pemerintahan.***