LABVIRAL.COM - Belum kenal Observatorium Bosscha? Bagi para pecinta astronomi, tempat ini tentunya sangat melegenda. Observatorium Bosscha adalah sebuah observatorium astronomi yang terletak di Lembang, Bandung, Indonesia.
Sebagai observatorium astronomi, Bosscha menjadi tempat penelitian dan pengamatan bagi para astronom dan peneliti dari berbagai negara, termasuk Belanda, Jerman serta tentu Indonesia.
Labviral.com merangkum perjalanan Bosscha sebagai observatorium pertama di Asia Tenggara. Didirikan pada tahun 1923, observatorium ini menjadi salah satu yang terbesar di Asia pada masanya.
Para Pendiri Observatorium Bosscha
Dilansir dari laman resmi itb.ac.id, observatorium ini didirikan oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang ilmuwan, pengusaha dan filantropis Belanda yang memiliki minat besar pada astronomi.
Baca Juga: Cara Menggunakan ChatGPT di Microsoft Word
Ia memainkan peran penting dalam pengembangan observatorium tersebut dan memimpin tim yang terdiri dari R.A. Kerkhoven dan Joan George Erardus Gijsbertus Voute. Rudolf A. Kerkhoven adalah fisikawan dan astronom Belanda yang juga memainkan peran penting dalam pengembangan observatorium Bosscha pada awal abad ke-20.
Ia berkontribusi dalam pembuatan dan perawatan teropong Bosscha, serta memimpin berbagai penelitian astronomi dan pengamatan bintang. Kerkhoven juga mempromosikan astronomi sebagai ilmu pengetahuan di masyarakat dan memperluas jaringan internasional untuk pengamatan astronomi.
Joan George Erardus Gijsbertus Voute adalah seorang ilmuwan Belanda yang memainkan peran penting dalam pendirian Observatorium Bosscha di Bandung, Indonesia. Ia adalah seorang ahli astronomi yang membantu Karel Albert Rudolf Bosscha dan R.A. Kerkhoven dalam menyediakan peralatan dan mengarahkan observatorium.
Voute memastikan bahwa observatorium memiliki peralatan modern dan berkualitas, seperti teropong dan instrumen pengamatan lainnya. Ia juga membantu dalam membuat observatorium menjadi tempat yang baik untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan mempromosikan pengetahuan astronomi.
Setelah Indonesia merdeka, observatorium ini terus beroperasi dan menjadi salah satu pusat penelitian astronomi terkemuka di Indonesia. Pada tahun 1950-an, Bosscha menjadi tempat pengembangan ilmu astronomi di Indonesia melalui program pendidikan dan pelatihan bagi para astronom muda Indonesia.
Baca Juga: Nggak Perlu Copot Ban, Begini Cara Repaint Velg Racing Sepeda Motor
Hingga sekarang, Observatorium Bosscha masih aktif melakukan pengamatan dan penelitian astronomi, dan menjadi salah satu tempat wisata edukasi populer bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah dan perkembangan astronomi di Indonesia.
Dalam beberapa dekade terakhir, observatorium ini telah mengalami sejumlah perubahan dan renovasi untuk memperbarui fasilitas dan memperkuat kapasitas riset dan pengamatan.
Koleksi Teleskop Observatorium Bosscha
Observatorium Bosscha di Bandung memiliki beberapa jenis teleskop yang digunakan untuk berbagai penelitian astronomi. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss adalah teleskop terbesar dan tertua di lokasi tersebut yang masih berfungsi dengan baik setelah 80 tahun.
Teleskop ini terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 pencari yang memiliki medan pandang luas dan dapat mengamati bintang lemah. Digunakan untuk berbagai penelitian seperti astrometri, pengamatan bintang ganda, jarak bintang, komet, planet, dan spektrum bintang Be.
Baca Juga: 8 Manfaat Menangis untuk Kesehatan, Salah Satunya Buat Detoksifikasi
Bosscha Robotic Telescope adalah teleskop baru yang memiliki desain Astograph CDK, "truss" dari serat karbon, fokus otomatis, dan sistem pengatur temperatur. Digunakan untuk penelitian planet, survei asteroid, dan pengamatan bintang variabel.
Teleskop STEVia memiliki sistem reflektor Schmidt-Cassegrain dan dikendalikan dari jarak jauh. Tujuannya adalah mencari eksoplanet, bintang variabel, dan melakukan pengamatan objek dan peristiwa langit.
Teleskop GAO-ITB RTS adalah teleskop reflektor Schmidt-Cassegrain dengan diameter cermin 8 inci dan sudah diperbarui dengan diameter teleskop yang lebih besar dan penggantian mounting teleskop.
Dilengkapi dengan spektrograf hasil kerjasama ITB dan Kyoto Sangyo University. Teleskop Surya adalah kumpulan teleskop digital terdiri dari 3 teleskop Coronado dan 1 teleskop proyeksi citra Matahari. Fasilitas ini didukung berbagai pihak dan akan menjadi bagian penting dari pendidikan informal yang ditawarkan oleh Observatorium Bosscha.