"Satuan pendidikan vokasi tidak hanya menjadi penyuplai tenaga kerja, tetapi menjadi mitra dalam menciptakan teknologi," ujar Agustinus selaku ketua tim periset dari Sekolah Vokasi UGM.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kekuatan untuk bersaing dengan negara lain karena memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Meski begitu, perlu diakui bahwa Indonesia juga masih harus meningkatkan penggunaan teknologi untuk mendukung investasi dan industri di Indonesia.
"Potensi terbesar (Indonesia) adalah material, itu yang paling utama. Kedua, sumber daya manusia yang (jumlahnya) besar. Tetapi, kendalanya adalah pada teknologi yang masih perlu dikejar untuk dapat bersaing," tambahnya.
Ia juga mengatakan, Indonesia perlu belajar dari Jerman dalam mengelola dan memprioritaskan pendidikan vokasi sebagai bagian penting dalam mendukung investasi dan industri.
Oleh karenanya, ia berharap melalui ajang internasional seperti Hannover Messe ini Indonesia dapat lebih terbuka untuk menjalin kerja sama dan investasi dari negara-negara lain yang potensial.
"Kolaborasi sudah terjadi antara pendidikan vokasi dan industri, tetapi belum seperti di Jerman. Di Jerman, vokasi sangat penting untuk mendukung pembangunan," katanya.
Salah satu tantangan yang patut diperhatikan, menurut Agus yaitu terkait kompetensi dari tenaga kerja. Pasalnya, di negara maju seperti Jerman pendidikan vokasi telah menghasilkan tenaga kerja terampil. Sementara di tanah air, pendidikan vokasi masih dalam tahap menyediakan angkatan kerja.
"Kita harus hubungkan antara investasi, potensi, dan human development. Sedangkan metode pembelajaran harus mengarah ke sana, peta jalan yang jelas, investasinya apa, tren ke depan bagaimana, dan apa yang kita punya sehingga kita bisa agile. Dengan begitu, pendidikan vokasi akan bisa menyiapkan dari lini yang paling dasar sampai lini yang paling tinggi, yaitu inovasi," pungkasnya.***