Apa yang Dimaksud Dengan Buaya Darat? Berikut Makna dan Sejarahnya

Annisa Fadhilah
Rabu 19 Juli 2023, 23:53 WIB
Ilustrasi buaya darat (Sumber : freepik/fxquadro)

Ilustrasi buaya darat (Sumber : freepik/fxquadro)

LABVIRAL.COM - Negara Indonesia memiliki kekayaan ragam tata bahasa dan aksen. Tak jarang pula kita menggunakan kekayaan tata bahasa Indonesia tersedia dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apa yang dimaksud dengan ungkapan kata buaya darat, yang hadir setiap hari.

Diketahui, ungkapan berasal dari kebiasaan, termasuk buaya darat. Ungkapan biasanya digunakan seseorang untuk mengiaskan sesuatu, termasuk buaya darat.

Perlu diketahui, ungkapan terdiri atas gabungan dua kata atau lebih. Ungkapan disebut juga dengan idiom. Idiom ialah kata atau frasa yang memiliki makna kiasan. Penggunaannya secara umum dipahami sebagai ekspresi terpisah dari arti harfiah atau definisi dari kata yang dibuat/digunakan.

Baca Juga: 20 Tebak-tebakan Kocak Tema Buah yang Bikin Ketawa Bahagia, 'Buah Apa yang Durhaka'?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), idiom mempunyai arti konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya.

Sering kali kita mendengar ungkapan­, seperti buaya darat, kaki lima, dan tikus kantor. Sebagai contoh, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan ungkapan buaya darat.

Ungkapan buaya darat termasuk jenis kiasan sehingga penggunaan buaya darat bukan dalam arti yang sebenarnya.
Tahukah kamu, sebenarnya buaya ialah hewan yang sangat setia. Konon, buaya jantan hanya kawin satu kali dan hanya memiliki pasangan satu dalam seumur hidupnya meskipun buaya betina yang menjadi pasangannya mati lebih dahulu.

Itulah sebabnya dalam tradisi budaya Betawi, buaya dijadikan sebagai lambang kesetiaan dan kelanggengan dalam sebuah rumah tangga. Roti buaya kerap digunakan sebagai hantaran, sajian, atau seserahan wajib dalam acara pernikahan tradisional Betawi.

Makna dari roti buaya sebagai lambang agar pasangan yang akan menikah nanti akan menjadi pasangan setia seumur hidupnya, sebagai simbolisasi janji sehidup semati.

Hal itu juga dibuktikan dalam jurnal yang dikeluarkan kelompok peneliti dari Rockefeller Wildlife Refuge (RWR) di Louisiana, Amerika Serikat pada 2008.

Dalam penelitiannya selama sepuluh tahun, mereka fokus meneliti kesetiaan buaya. Hasilnya mereka dibuat takjub karena buaya jantan tak akan berpaling ke betina lainnya, dan begitu sebaliknya.

Bahkan buaya jantan akan selalu melindungi si betina yang hendak bertelur dan si jantan akan menjaga telur-telur tersebut hingga tiba waktunya bayi-bayi menetas.

Untuk itu, buaya dianggap sebagai hewan yang setia kepada pasangan. Kalau pun si Betina mati terlebih dahulu, maka si jantan tak akan kawin lagi atau mencari pasangan baru.

"Kami menemukan bahwa 70 persen dari buaya betina kita yang disatukan kembali akan menunjukkan kesetiaan kepada pasangannya. Kami takjub karena pasangan buaya yang dikawinkan bersama pada tahun 1997 masih akan berkembang biak bersama pada tahun 2005 dan masih bersama beberapa tahun setelahnya," ungkap peneliti RWR dalam jurnal Loyal Alligators Display Mating Habits Of Birds (2008).

Baca Juga: Apa Itu Candid? Ini Pengertian dan Tips Memotretnya untuk Fotografer Pemula

Namun, mengapa buaya yang terkenal dengan ­kesetiaannya malah justru sering dikiaskan sebagai laki-laki nakal?

Tidak diketahui secara pasti sejak kapan istilah buaya darat digunakan di tengah masyarakat Indonesia untuk menggambarkan perilaku lelaki yang tidak setia. Ada yang menganalogikan istilah tersebut dengan perilaku buaya.

Buaya adalah hewan yang terkenal sebagai predator yang tangguh dan sukses dalam mencari mangsa. Dalam hal ini, istilah buaya darat dapat menggambarkan seorang pria yang berperilaku seperti buaya yang berhasil mengejar dan "memangsa" banyak wanita.

Buaya juga memiliki kebiasaan memburu mangsanya secara diam-diam. Bahkan mereka kerap memakan mangsanya meski telah menjadi bangkai. Kebiasaan buaya inilah yang dianggap berkaitan dengan perilaku tidak setia.

Di lain sisi, ada pula sejarah dari Riau tentang legenda Baltazur. Legenda tersebut mengisahkan seekor buaya Baltazur yang kerap memangsa gadis muda.

Meski demikian, gadis-gadis yang menjadi korban buaya Baltazur ini selalu ditemukan dalam kondisi utuh. Namun, keperawanan para gadis justru menghilang.

Kisah lain muncul dari cerita masyarakat Soronganyit, Jember, Jawa Timur, pada 1971. Di mana pada saat itu terdapat sebuah tambak buaya yang memiliki aturan buaya harus di air dan di darat yang ketat.

Namun, suatu ketika terdapat seekor buaya jantan yang menghilang. Berita buaya yang menghilang pun menggemparkan masyarakat karena tak kunjung ditemukan.

Baca Juga: Daftar Kecepatan Download Telkomsel, XL, Indosat, Tri, dan Smartfren Juni 2023

Tiga bulan setelahnya, buaya tersebut ditemukan bersama seekor betina yang bukan pasangannya. Karena gemas, warga pun mengumpat “dasar buaya”. Sejak saat itulah istilah buaya darat digunakan.

Jadi, inilah makna dan sejarah dari apa yang dimaksud dengan buaya darat.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Editor :
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini