LABVIRAL.COM-El Nino disebutkan akan dialami wilayah Indonesia. Apa itu El Nino, dampak, dan tips praktis mengatasinya?
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2023 akan tiba lebih awal dari sebelumnya.
Selain itu, curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya. Adapun puncak musim kemarau 2023 diprediksikan terjadi di Agustus 2023.
Selama musim kemarau tersebut, BMKG juga memprediksi bakal terjadinya fenomena alam, El Nino.
Baca Juga: BMKG Umumkan Indeks UV Indonesia Tinggi, Apa Saja Bahayanya untuk Kulit?
Apa itu El Nino?
El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.
Adanya pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah, sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Dikutip dari tulisan Muhammad Elifant Yuggotomo, S.Si dari Stasiun Klimatologi Mempawah "Mengenal El Nino dan Dampaknya di Kalbar' El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global.
Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut.
Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Ninadalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
Mengapa fenomena El Nino yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur dapat berdampak terhadap curah hujan di Indonesia?
Hal tersebut disebabkan karena adanya SirkulasWalker yang berputar sejajar dengan garis khatulistiwa.
Pada kondisi netral, Sirkulasi Walker di Indonesia berbentuk konvergen(naik), sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif pembentuk hujan.
Sedangkan saat terjadi El Nino, Sirkulasi Walker akan bergeser karena melemahnya angin pasat timuran sehingga di wilayah Indonesia Sirkulasi Walker akan berbentuk subsiden (turun) yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif berkurang, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Baca Juga: BMKG: Suhu Panas di Indonesia Bukan Akibat Gelombang Panas
Dampak El Nino
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut Indonesia perlu lebih mewaspadai potensi terjadinya El Nino.
Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi, juga akan berpotensi meningkatkan jumlah titik api, sehingga makin meningkatkan kondisi kerawanan untuk terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Secara umum El Nino berdampak terjadinya musim kering atau kemarau. Pada sebagian wilayah Indonesia yang terdapat hutan dan lahan, El Nino bisa memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Tips menghadapi El Nino
Dwikorita mengatakan sejumlah langkah strategis yang bisa dilakukan yaitu dengan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung dan sebagainya untuk menyimpan air di sisa musim hujan agar dapat dimanfaatkan pada periode musim kemarau.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan air baik bagi kebutuhan masyarakat maupun untuk kebutuhan pertanian.
Selain itu, lanjut Dwikorita, lebih menggalakkan upaya pencegahan dan mensiagakan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Upaya pencegahan harus lebih ditekankan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas.
Baca Juga: Gempa Bumi M 5.3 Guncang Tanggamus Lampung, Ada Peringatan BMKG
Pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan, potensi ekonomi lokal dan pengolahan hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai tambah," ujar Dwikorita di Jakarta, Selasa (6/6/2023).
"BMKG sendiri terus melakukan pemantauan untuk mendeteksi titik panas atau hot spot menggunakan satelit. Jika BMKG mendeteksi potensi karhutla maka secara resmi BMKG akan mengeluarkan peringatan dini," ungkapnya.***