LABVIRAL.COM - Rabies merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Lyssavirus dari famili Rhabdoviridae.
Hewan peliharaan dan liar sebagian besar rentan terhadap infeksi rabies. Namun, rabies juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran dari hewan tersebut.
Baca Juga: HPmu Disadap Orang? Nggak Perlu Khawatir, Begini Cara Mengatasinya
Anjing merupakan salah satu binatang yang kerap mengidap rabies.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016 mengatakan terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian rabies, yaitu pendidikan, vaksinasi, dan eliminasi.
Anjing yang tidak divaksin merupakan hewan yang sangat rentan terhadap infeksi rabies, karena tidak memiliki antibodi terhadap tantangan virus rabies lapangan.
Baca Juga: Arti Rabies, Kenali Gejala hingga Cara Mencegah Penularan ke Manusia
Vaksinasi rabies merupakan pendekatan yang paling efektif dalam pengendalian rabies baik untuk hewan dan manusia.
Jenis-jenis Vaksin Rabies
- Post Exposure Prophylaxis (PEP)
Kemasan: vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.
Cara pemberian: Disuntikan oleh petugas kesehatan secara intramuscular (IM) di daerah lengat atas (deltoid) atau di wilayah paha anterolateral (anak-anak umur di bawah setahun).
Dosis: 0,5 ml pada anak-anak dan dewasa.
Waktu pemberian: Hari ke 0, 2 dosis (lengan atas kanan dan kiri atau paha kanan dan kiri untuk anak usia kurang dari setahun). Hari ke-7 (1 dosis), dan hari ke-21 (1 dosis). - Purified Chick Embriyo Cell-culture Vaccine/PCECV
Dosis: 1 ml
Waktu pemberian: Hari ke 0, 2 dosis (lengan atas kanan dan kiri atau paha kanan dan kiri untuk anak di bawah usia setahun. Hari ke7 1 dosis, hari ke-21 1 dosis.
Baca Juga: Daftar Hewan yang Bisa Tularkan Rabies, Kucing Termasuk
Serum Anti Rabies
Pemberian serum bertujuan memberikan kekebalan pasif dalam 7 hari pertama, di mana pada masa itu belum terbentuk imunitas terhadap virur rabies.
Terdapat dua serum anti rabies, yakni serum Homolog (Human Rabies Immunoglobulin/HGIG) dan Serum Herorolog.
Perlu diketahui, pemberian serum maupun vaksin harus dilakukan atas rekomendasi dokter.
Baca Juga: Cara Mudah Mengatasi WhatsApp Lemot dengan Cepat
Gejala Rabies pada Manusia
Gejala klinis rabies akan timbul setelah virus mencapai susunan saraf pusat dan meninfeksi seluruh neuron, terutama di sel-sel limbik, hipotalamus dan batang otak.
Virus rabies bersifat neurotrofik, yang berarti predileksinya pada sistem saraf. Virus ini berjalan melalui sistem saraf, sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum muncul gejala klinis rabies.
Tahap Prodomal
- Demam
- Lesu
- Tidak Nafsu Makan
- Insomnia
- Sakit Kepala Hebat
- Sakit Tenggorokan
- Nyeri
Baca Juga: Lagi Viral, Ini Cara Bikin Spotify Flower buat Cek Jenis Bunga dari Musik Favorit
Tahap Sensoris
Pada tahapan ini sering ditemukan rasa kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan/cakaran, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsangan sensorik.
Tahap Eksitasi
Pada tahap ini penderita mengalami berbagai macam gangguan neurologik,penderita tampak bingung, gelisah, mengalami halusinasi, tampak ketakutan disertai perubahan perilaku menjadi agresif, serta adanya bermacam-macam fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, fotofobia. Hidrofobia merupakan gejala khas penyakit rabies karena tidak ditemukan pada penderita penyakit enchepalitis lainnya.
Gejala lainnya yaitu spasme otot, hiperlakrimasi, hipersalivasi, hiperhidrosis dan dilatasi pupil. Setelah beberapa hari pasien meninggal karena henti jantung dan pernapasan. Dari seluruh penderita rabies sebanyak 80% akan mengalami tahap eksitasi dan lamanya sakit untuk tahap ini adalah 7 hari dengan rata-rata 5 hari.
Baca Juga: Apa Itu Rabies? Penyebab Bocah 5 Tahun Meninggal Akibat Gigitan Anjing di Bali
Tahap Paralisis
Bentuk lainnya adalah rabies paralitik, bentuk ini mencapai 30 % dari seluruh kasus rabies dan masa sakit lebih lama dibandingkan dengan bentuk furious. Bentuk ini ditandai dengan paralisis otot secara bertahap dimulai dari bagian bekas luka gigitan/cakaran. Penurunan kesadaran berkembang perlahan dan akhirnya mati karena paralitik otot pernafasan dan jantung. Pada pasien dengan gejala paralitik ini sering terjadi salah diagnosa dan tidak terlaporkan. Lamanya sakit untuk rabies tipe paralitik adalah 13 hari, lebih lama bila dibandingkan dengan tipe furious.
Baca Juga: MA Tolak Kasasi Rezky Aditya
Cara Cegah Rabies pada Manusia
1. Cuci Luka
Pencucian luka dengan menggunakan sabun merupakan hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran atau gigitan) terhadap HPR untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka gigitan. Seperti telah dipaparkan dalam sifat virus rabies dimana virus dapat diinaktivasi dengan sabun karena selubung luar yang terdiri dari lipid akan larut oleh sabun.
Pencucian luka dilakukan sesegera mungkin dengan sabun di bawah air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pencucian luka tidak menggunakan peralatan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan luka baru, di mana virus akan semakin masuk ke dalam.
Pencucian luka dapat dilakukan oleh penderita atau keluarga penderita kemudian diberikan antiseptic. Setelah itu penderita luka gigitan HPR segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit yang menjadi Rabies Center untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya.
Baca Juga: 5 Bacaan Sholawat Penenang Hati dan Pikiran, Buang Jauh Kegelisahan
2. Pemberian Antiseptik
Setelah dilakukan pencucian luka sebaiknya diberikan antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan diantaranya povidon iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya.
3. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR)
Tujuan pemberian vaksin anti rabies adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralisasi virus rabies. Namun bila virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat pemberian vaksin anti rabies ini tidak akan memberikan manfaat lagi. Pemberian vaksin anti rabies dan serum anti rabies perlu dipertimbangkan kondisi hewan pada saat pajanan terjadi, hasil observasi hewan, hasil pemeriksaan laboratorium spesimen otak hewan, serta kondisi luka yang ditimbulkan.