LABVIRAL.COM-Pernah tinggal di barak pengungsi tsunami Aceh, Muhammad Arifin Ilham suskes menembus Universitas Gadjah Mada (UGM) dan ingin menjadi diplomat.
Arifin (18) merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40) asal Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar.
Ayah Arifin seharinya menjalankan usaha toko kelontong. Dari usahanya itu, pendapatan yang dihasilkan setiap bulannya rata-rata Rp1-1,5 juta untuk menghidupi keluarga besarnya.
Sejak kecil Arifin tumbuh dalam lingkungan sederhana. Bahkan, di awal kehidupannya dijalani di barak pengungsian.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Unnes, Biaya Kuliah Mandiri hingga Buka Seleksi Mandiri hingga 6 Juli 2023
Ia lahir tiga bulan setelah tsunami meluluhlantahkan Banda Aceh, termasuk kampung halamannya.
Dari lahir hingga usia dua tahun ia terpaksa tinggal di tenda barak pengungsian karena rumah orang tuanya rata dengan tanah tak bersisa.
Dalam kondisi mengungsi, Arifin terlahir prematur di usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1,3 Kg.
"Saat terjadi tsunami Desember 2004 lalu, ibu masih kondisi hamil saya usia kandungan lima bulan. Alhamdulillah, bapak ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit kala itu,” tuturnya dikutip dari ugm.ac.id.