Baca Juga: Cara Mudah untuk Mengetahui Akun Instagram Fake
1948
Soedirman dipromosikan menjadi panglima besar TNI menggantikan Jenderal Sudirman. Di bawah kepemimpinannya, perang gerilya menjadi lebih terorganisir dan efektif.
Taktik Gerilya
Soedirman mengembangkan taktik gerilya yang efektif melawan pasukan Belanda. Dia memanfaatkan wilayah yang luas, menghindari konfrontasi langsung dengan musuh yang lebih kuat, dan mengandalkan dukungan dari masyarakat setempat. Taktik ini membantu kelompok gerilya untuk tetap bergerak dan menghadapi musuh dengan serangan mendadak yang tak terduga.
Pemberontakan dan Perlawanan
Jenderal Soedirman dan pasukannya aktif melakukan pemberontakan dan perlawanan di berbagai wilayah Jawa Tengah. Mereka merebut kembali daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda.
Baca Juga: 8 Topik Obrolan PDKT Sama Gebetan agar Makin Mengenal Satu Sama Lain
Dukungan dari Rakyat
Perjuangan Jenderal Soedirman dan pasukannya mendapat dukungan kuat dari masyarakat. Rakyat di pedesaan memberikan bantuan logistik, informasi intelijen, dan tempat persembunyian kepada kelompok gerilya.
29 Januari 1950
Jenderal Soedirman meninggal dunia pada usia 34 tahun karena tuberkulosis tulang. Wafatnya beliau merupakan kehilangan besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Akhir Perang Gerilya
Meskipun Jenderal Soedirman meninggal, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti. Perang gerilya dan perlawanan terus berlanjut hingga akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada Desember 1949.