Kisah Bus Sargede Yogyakarta, Namanya Diambil dari Pasar Kota Gede

Haris Ma'ani
Senin 04 September 2023, 10:03 WIB
Bus Sargede, salah satu PO Bus bersejarah di Yogyakarta  (Sumber : Fanspage/Kotagede)

Bus Sargede, salah satu PO Bus bersejarah di Yogyakarta (Sumber : Fanspage/Kotagede)

LABVIRAL.COM-Kota Yogyakarta juga menyimpan kisah dunia transportasi dengan kemunculan Bus Sargede Yogyakarta. Bus ini memiliki kepanjangan Pasar Kota Gede.

Mendengar namanya sudah pasti kalau bus ini memiliki keterkaitan dengan salah satu kawasan wisata di Yogyakarta, Kota Gede.

Ya, bukan tanpa kebetulan kalau bus tersebut dinamakan Bus Sargede. Bus yang mulai beroperasi pada 1955 tersebut diberi nama Sargede lantaran pendirinya, almarhum Padmo Sarjono tinggal di depan Pasar Kota Gede.

Saat mulai beroperasi, armada yang dimiliki barulah 2 bus dengan mesin Fargo yang melayani trayek reguler Yogyakarta-Wonosari dan Yogyakarta-Semarang.

Meski saat itu baru segelintir bus, PO Sargede bisa disebut sebagai PO Sultan karena memiliki lahan garasi seluas 5 hektare di Semarang. 

Trayek Yogya-Wonosari sempat dihentikan layanannya dan kemudian dibuka lagi pada 1985 pada saat kepemilikan dipegang anak dari Padmo Sarjono, yakni Parmadi.

Parmadi dulu dikenal sebagai seniman Yogyakarta dan sering tampil di TVRI lokal.

Hanya dua tahun berjalan, trayek Yogya-Wonosari kembali berhenti pada 1987. PO Sargede memilih fokus ke angkutan wisata.

Baca Juga: Profil dan Perjalanan Karier Aprilia D Lestari, Sebelum Urus PO Bus Pernah jadi Model

Bus Sargede (Fanspage/Kotagede)Bus Sargede (Fanspage/Kotagede)

Masa keemasan Sargede

Periode 90an bisa dikatakan sebagai masa keemasan Sargede. Armadanya sampai 22 unit bus. Pada saat masa keemasan tersebut, Parmadi, yang sudah sakit-sakitan menyerahkan pengelolaan bus kepada putranya Jatmiko Suparmadi.

Parmadi kemudian memilih mengurusi usaha wisma dan hotel yang tidak terlalu menguras pikiran.

Jatmiko dipilih meneruskan usaha PO Sargede lantaran dinilai paling siap secara mental dan juga memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang baik. Semasa SMA, Jatmiko sempat mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke Australia.

PO Sargede semakin menunjukkan eksistensi sebagai salah satu PO terpandang di Yogyakarta di bawah Jatmiko.

Duka sempat melanda kala Parmadi meninggal dunia pada 1999.

Semasa sakit, Parmadi masih sempat menengok usaha busnya. Terkadang berwisata dengan armada sendiri yang diubah layaknya kamar pribadi.

Dikutip dari Facebook Info Budaya dan Seni Pariwisata DIY yang menyadur hasil wawancara Jatmiko dengan Bus Mania Cabang Yogyakarta, kamar pribadi Parmadi di dalam bus dilengkapi kursi, tempat tidur, almari, plus tabung oksigen.

(Fanspage/Kotagede)(Fanspage/Kotagede)

Full dikelola Jatmiko

Sepeninggal Parmadi, pengelolaan bus secara penuh dipegang oleh Jatmiko.

Memasuki tahun 2000 Jatmiko menghidupkan lagi layanan transportasi umum dengan membuka trayek Surabaya-Mataram bekerja sama dengan PO Damai Indah. Kerja sama tersebut terjadi karena Damai Indah tidak memiliki armada sendiri. Pasar yang dibidik di trayek tersebut adalah para TKI.

Pada tahun 2002 tingkat mobilitas TKI merosot tajam hal tersebut menyebabkan okupansi di trayek tersebut menurun. Imbas dari kondisi tersebut kerja sama tersebut berakhir.

Baca Juga: 5 PO Bus Tertua Indonesia yang Namanya Masih Populer Sampai Hari Ini

Titik kritis PO Sargede

Pada tahun 2004 merupakan titik kritis eksistensi Sargede. Di tahun tersebut istri mendiang Parmadi meninggal dunia. Eksistensi Sargede terancam saat pembagian warisan.

Anak-anak Parmadi juga tak ada yang mau meneruskan usaha tersebut. Termasuk awalnya Jatmiko juga enggan meneruskan. Ia merasa lebih enak berinvestasi di bidang lain.

Akhirnya Jatmiko yang mengalah meneruskan usaha Sargede. Setelah juga mendapat dukungan dari saudaranya.

Setahun menjadi pemilik Sargede Jatmiko melakukan penambahan armada dengan membeli Tri Sakti bermesin MB tahun 1984 dan bus wisata dari Klaten.

Kejelian membaca pasar berbuah manis. Armada eks Tri Sakti bermesin MB tahun 1984 dan bus wisata dari Klaten seolah-olah tidak mengenal garasi karena hampir tiap hari ada yang menyewa.

Tapi, gempa Jogja 2006 ternyata ikut mengguncang bisnis PO Sargede. Wisata non-AC sepi peminat. Warga Klaten dan Bantul yang merupakan mayoritas pengguna Sargede terpukul karena musibah gempa.

Lebih tiga bulan sejak gempa kedua bus hanya diam di garasi karena sama sekali tak ada order. Jatmiko pun menjualnya.

Akhir 2020 semua armada Sargede vakum

Jatmiko menceritakan, sejak tahun 2010 memang sudah ada rencana untuk alih usaha dari bidang transportasi, mengingat banyaknya tantangan di bisnis transportasi.

"Mulai tahun 2012 dimulailah program pengurangan armada dengan target pada tahun 2015, armada sudah lepas semua.

Alhamdulillah tahun 2014 armada bus terakhir sudah lepas, dan kami ganti dengan beberapa armada mobil premium untuk melayani industri wisata khusus, seperti meeting, pameran, dan lain-lain di area Jogja dan Jakarta," ujarnya dikutip dari Fanspage Kotagede, Senin (4/9/2023).

Baca Juga: Berikut Daftar PO Bus yang Tembus Odometer 1 Juta Kilometer tanpa Servis Berat

Menurutnya, pada akhir tahun 2020, semua armada dan biro wisata Sargede vakum karena pandemi.

"Semoga Biro Wisata Sargede bisa segera operasional kembali," harapnya.***

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Editor :
Halaman :
Berita Terkait
Tech

Hino RM 280, Idola Baru PO Bus Indonesia

Rabu 30 Agustus 2023, 09:24 WIB
Hino RM 280, Idola Baru PO Bus Indonesia
Berita Terkini