Mengenal Politik Identitas, Strategi Menjatuhkan Lawan dengan Menyerang 'Identitasnya'

Zahwa Elia Azzahra
Minggu 26 Maret 2023, 03:42 WIB
Ilustrasi, politik identitas

Ilustrasi, politik identitas

Istilah politik identitas mulai ramai dibincangkan saat Pilkada DKI Jakata 2017, di mana hal tersebut mengangkat ranah etnis dan agama.

Indonesia sendiri merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Menurut data Kemendagri di tahun 2021, sebanyak 237,53 juta jiwa masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam.

Baca Juga: Profil PPP, Partai Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 17, Berdiri Setelah Soeharto Bikin Kebijakan Fusi

Contoh keberhasilan politik identitas dalam aspek agama adalah kemenangan Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakata 2017 yang dianggap hasil dari gerakan masa 212.

Politik identitas umumnya menunjukkan dua perbedaan, antara kubu satu dengan kubu yang lain untuk mendapatkan suara terbanyak.

Dengan kata lain, politik identitas akan mengelompokkan masyarakat menjadi dua bagian, seperti yang terjadi saat ini antara 'cebong' dan 'kampret'.

Baca Juga: Profil PDIP, Peserta Pemilu Nomor Urut 3, Partai Paling Banyak Kursi di Parlemen

Umumnya, politik identitas dijadikan strategi menjelang Pemilu. Strategi tersebut dalam bentuk menjatuhkan lawannya dengan hal yang berkaitan dengan identitasnya.

Pertentangan akan dua identitas tersebut dapat memicu konflik di antara masyarakat dan jika dibiarkan dapat menghancurkan kestabilitasan negara.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini