LABVIRAL.COM - Apa yang dimaksud politik identitas? Diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras dan budaya. Keberagaman itu membuat setiap elemen memiliki karakter sendiri sehingga menciptakan identitas masing-masing.
Begitu juga dalam politik. Dalam dunia politik kita sering mendengar politik identitas. Lalu apa sih sebenarnya politik identitas?
Politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama atau yang lainnya untuk tujuan tertentu. Misalnya sebagai bentuk perlawanan suatu kelompok atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri kelompok tersebut.
Baca Juga: Profil Gerindra, Partai Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 2, Punya Visi Keren
Identitas dipolitisasi melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari orang-orang yang merasa 'sama', baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen perekat lainnya.
Puritanisme atau ajaran kemurnian atau ortodoksi juga berandil besar dalam memproduksi dan mendistribusikan ide "kebaikan" terhadap anggota secara satu sisi, sambil di sisi lain menutup nalar perlawanan atau kritis anggota kelompok identitas tertentu.
Menurut Abdillah (2022), politik identitas adalah politik yang fokus utama kajian dan permasalahannya menyangkut perbedaan-perbedaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi fisik tubuh, politik etnisitas atau primordialisme, dan pertentangan agama, kepercayaan, atau bahasa.
Baca Juga: Profil Partai Golkar, Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 4, Pernah Berjaya di Era Soeharto
Politik identitas bisa diartikan sebagai cara berpolitik yang mengutamakan kepentingan kelompoknya yang didasari oleh kesamaan identitas, seperti agama, gender, budaya, dan lain-lain.
Istilah politik identitas mulai ramai dibincangkan saat Pilkada DKI Jakata 2017, di mana hal tersebut mengangkat ranah etnis dan agama.
Indonesia sendiri merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Menurut data Kemendagri di tahun 2021, sebanyak 237,53 juta jiwa masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam.
Baca Juga: Profil PPP, Partai Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 17, Berdiri Setelah Soeharto Bikin Kebijakan Fusi
Contoh keberhasilan politik identitas dalam aspek agama adalah kemenangan Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakata 2017 yang dianggap hasil dari gerakan masa 212.
Politik identitas umumnya menunjukkan dua perbedaan, antara kubu satu dengan kubu yang lain untuk mendapatkan suara terbanyak.
Dengan kata lain, politik identitas akan mengelompokkan masyarakat menjadi dua bagian, seperti yang terjadi saat ini antara 'cebong' dan 'kampret'.
Baca Juga: Profil PDIP, Peserta Pemilu Nomor Urut 3, Partai Paling Banyak Kursi di Parlemen
Umumnya, politik identitas dijadikan strategi menjelang Pemilu. Strategi tersebut dalam bentuk menjatuhkan lawannya dengan hal yang berkaitan dengan identitasnya.
Pertentangan akan dua identitas tersebut dapat memicu konflik di antara masyarakat dan jika dibiarkan dapat menghancurkan kestabilitasan negara.