Daftar Kelompok Teroris Disinyalir Masih Aktif di Indonesia

Zahwa Elia Azzahra
Sabtu 25 Maret 2023, 23:36 WIB
Ilustrasi terorisme

Ilustrasi terorisme

LABVIRAL.COM - Badan Nasioal Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2021 mencatat ada enam kelompok radikal terorisme masih aktif di Indonesia.

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, keenam kelompok terorisme tersebut yakni, Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), Negara Islam Indonesia (NII), dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Lalu, sebenarnya berapa kelompok teroris yang masih aktif hingga kini di Indonesia?

Baca Juga: 7 Teroris yang Menyita Perhatian di Indonesia

Berikut daftar kelompok teroris yang disinyalir masih aktif di Indonesia:

Negara Islam Indonesia (NII)

Jaringan teroris Indonesia dalam sejarahnya pertama kali berkembang di masa pasca kemerdekaan Indonesia 1945. Kelompok Islam yang tak sepakat dengan Pancasila sebagai negara kemudian membentuk organisasi Negara Islam Indonesia (NII/TII) yang dipimpin SM Kartosuwiryo.

Akibat kekecewaan ini, kelompok NII yang dikenal sebagai Darul Islam pun melancarkan serangkaian serangan pemberontakan utamanya di wilayah Jawa Barat. Meskipun Kartosuwiryo telah ditangkap dan dieksekusi pada 1962 silam, namun paham jaringan ini masih tetap hidup dan menyebar hingga saat ini

Saat ini, NII pergerakannya fokus dalam bidang dakwah, penguatan wilayah ekonomi, dan penegakkan syariat Islam. Proses rekrutmen yang dilakukan saat ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: perekrutan awal, pembinaan anggota baru dan pengkaderan anggota NII

Baca Juga: Jubah Hitam Bisht Lionel Messi Pernah Ditawar Rp15,5 Miliar

Jamaah Islamiyah (JI)

Jaringan selanjutnya adalah kelompok teroris Indonesia Jamaah Islamiyah (JI) adalah keturunan NII/TII. Pendiri JI adalah Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar, yang merupakan bagian dari NII KW (Komandemen Wilayah) II, Jawa Tengah.

Namun, Jamaah Islamiyah baru dibangun di Malaysia pada 1993, setelah Abu Bakar Baasyir melarikan diri ke sana pada 1982.

Jamaah Islamiyah sebagai dalang di balik banyak serangan teror seperti Bom Bali 2002 dan Bom JW Mariot, Jakarta.

Menurut Kepala BNPT, Jamaah Islamiyah (JI) kini belum menentukan pimpinan kelompok. Sehingga, kelompok teroris JI sampai saat ini masih menunjuk para koordinator wilayah untuk mengembangkan struktur di wilayah masing-masing. Selain itu, beberapa bidang struktur markaziah juga telah dinonaktifkan.

Baca Juga: Wiper Mobil Rusak, Ketahui 4 Tandanya dan Perlu Diganti

Jamaah Ansharut Tauhid (JAT)

Secara historis, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) masih merupakan kelompok teroris Indonesia yang dibesarkan oleh Abu Bakar Baasyir dan berdiri pada 2008.

Dalam perkembangannya, JAT pun melahirkan banyak kelompok teroris lainnya seperti Jamaah Ansharut Syariah (JAS), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK). Sebagian anggota JAT disebut mendukung dan berbaiat kepada ISIS, sedangkan sebagian lainnya yang tak sepakat keluar kemudian membuat Jamaah Ansharut Syariah (JAS).

Saat ini, kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) terpantau pergerakannya bersifat ke daerah dan aktif di media sosial untuk melakukan propaganda. Lalu, mereka juga melakukan pengembangan Jamaah melalui pembangunan Pondok Pesantren yang terafiliasi dengan jaringan JAD.

Baca Juga: Honda Ruckus, Motor Matic Honda dengan Tampilan yang Aneh!

Jamaah Ansharusy Syariah (JAS)

Sementara, Jamaah Ansharusy Syariah (JAS) diestimasikan kegiatannya terpusat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pergerakan kelompok ini, kata Boy Rafli, terfokus kepada kegiatan politik dan bergabung dengan kelompok kelompok intoleran seperti Front Pembela Islam (FPI).

Jamaah Ansharut Khilafah (JAK)

JAK sendiri telah ada di Indonesia sejak 2016 dan mendapuk diri dengan nama JAK Nusantara. Kelompok teroris Indonesia ini dipimpin oleh Bahrunnaim yang merupakan Khatibah Nusantara ISIS Indonesia.

JAK terbagi menjadi dua yaitu JAK Masyriq (timur) dan JAK Maghrib (barat) dan seiring berjalannya waktu kelompok ini bekerja sama dengan JAD.

JAK saat ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu JAK pimpinan Arham alias Abu Hilya yang fokus pada pengembangan Rumah Quran Imam Ahmad dan badan amal.

Kemudian, kelompok kedua adalah JAK pimpinan Suherman yang fokus pada pengelolaan Baitul Mal Watanwil dalam memberikan santunan terhadap janda -janda yang ditinggalkan oleh anggota JAK yang berjihad.

Baca Juga: Motor Listrik VMX 08 Ini Sanggup Tempuh Jarak 270 Km, Bobotnya Cuman 50 Kg.

Mujahidin Indonesia Timur (MIT)

Mujahidin Indonesia Timur atau umumnya disingkat menjadi MIT, adalah sebuah kelompok teroris asal Indonesia yang beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso, Parigi Moutong, dan Sigi, Sulawesi Tengah. MIT kerap melakukan aksinya di Poso, Sulawesi Tengah.

Kelompok teroris ini awalnya dipimpin oleh Santoso yang tewas dalam baku tembak dengan personel Operasi Tinombala di Poso pada 18 Juli 2016. Operasi Tinombala memang digelar untuk mengejar anggota kelompok tersebut.

Setelah itu, Ali Kalora menggantikan posisi Santoso memimpin kelompok MIT bersama dengan Basri. Lalu, setelah Basri tertangkap, Jenderal (Purn) Tito Karnavian selaku Kapolri saat itu menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala pada 2016.

Baca Juga: Motor Listrik VMX 08 Ini Sanggup Tempuh Jarak 270 Km, Bobotnya Cuman 50 Kg.

Cikal bakal lahirnya MIT tak bisa dipisahkan dari keberadaan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan Abu Bakar Ba’asyir pada 2008.

Pada 2009, sejumlah kelompok milisi beserta jaringan organisasi lainnya disebut berencana mendirikan negara Islam di Indonesia.

Misi tersebut mereka realisasikan dengan memulai pengadaan latihan militer bagi anggota mereka untuk berperang melawan pemerintah.

Baca Juga: Oli Mesin Tercampur Air Saat Nekat Terobos Banjir, Efeknya Parah Coy!

Saat itu Aceh dipilih sebagai lokasi pelatihan militer. Namun pada 2010, proyek pelatihan militer itu kandas lantaran terbongkar oleh polisi dan menjadikan Abu Bakar Ba'asyir sebagai terpidana. Ba’asyir didakwa mendanai pelatihan militer tersebut.

Beberapa anggota milisi yang terlibat dalam pelatihan milter itu berhasil meloloskan diri dari kejaran polisi. Mereka akhirnya membentuk sel-sel teroris masing-masing, namun saling terhubung satu sama lain. Salah satunya, terbentuk MIT ini.

Baca Juga: Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan: Ada Biaya Administrasi, Persalinan, dan Ambulan

Beberapa aksi terror MIT yang terkenal yakni saat mereka membunuh dua orang polisi yakni Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman pada 16 Oktober 2012. keduanya ditemukan tewas di Dusun Tamanjeka, Desa Masani.

Kemudian pada 20 Desember 2012 MKIT juga menyerang tiga anggota Brimob. Mereka tewas setelah ditembak dari belakang saat patroli di desa Kalora, Poso Pesisir Utara. Mereka bertiga ialah Briptu Ruslan, Briptu Winarto, dan Briptu Wayan Putu Ariawan.

Pada awal 2015, kelompok MIT juga membunuh tiga warga di Desa Tangkura. Mereka semua tewas dalam kondisi yang mengenaskan.

Baca Juga: Pele Punya Rekor Gol yang Mencengangkan

Beberapa waktu lalu, Polda Sulawesi Tengah memperpanjang Operasi Madago Raya untuk memburu satu terduga teroris yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) di Kabupaten Sigi, Parigi Moutong, dan Poso.

Operasi Madago Raya Tahap II Tahun 2022 telah berakhir sejak 30 Juni 2022 sesuai dengan Surat Telegram Kapolda Sulteng Nomor STR/189/VI/OPS.1.3/2022 tanggal 27 Juni 2022.

Kemudian operasi tersebut diperpanjang sesuai dengan Surat Telegram Kapolda Sulteng Nomor STR/190/VI/OPS.1.3/2022.

Baca Juga: Lapor Jalan Rusak, Caranya Mudahnya Kok!

Buronan terakhir MIT atas nama Askar alias Jaid alias Pak Guru terlibat baku tembak dengan Satgas Madago Raya di KM 13 Desa Kilo, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (29/9/2022) lalu.

Kini, berdasarkan laporan Listyo di 2022, Polri telah menangkap 3 orang anggota dari MIT, dan melaporkan satu orang anggota MIT meninggal, yang duduga adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini